Meskipun bentuknya masih sama dengan masa awal, tetapi proses pengerjaannya sudah lebih baik. Bentuk umum kapak genggam ini mirip atau serupa dengan bentuk kapak perimbas.
Kapak ini disebut kapak genggam karena alat ini berbeda dengan kapak lainnya yakni tidak memiliki pegangan serta penggunaanya yang hanya digenggam.
Benda ini diberi nama kapak genggam bukan tanpa sebab dan alasan.
NextMeskipun berada pada zaman yang relatif mirip, kapak genggam ini kerap dianggap sebagai kapak perimbas yang lebih modern.
Salah satunya benda bersejarah yang sangat terkenal di masa ini dan berhasil ditemukan adalah kapak genggam.
Para arkeolog sepakat untuk membedakan temuan benda-benda prasejarah di kedua tempat tersebut, yaitu sebagai kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.
Meskipun begitu ciri paling utamanya adalah bagian ujung yang runcing. Sederhananya, kapak ini adalah jenis modern dari kapak perimbas.
NextKulit batu masih disisakan pada sebagian permukaan untuk memudahkan pegangan.
Artinya, jenis kapak ini digunakan untuk membuat peralatan lain untuk memudahkan kehidupan manusia pada masa itu. Hal ini juga tidak lepas dari inovasi yang terus dilakukan oleh manusia purba demi menyempurnakan bentuk chopper atau kapak genggam. Yaitu Pithecanthropus erectus Pacitan , Sinanthropus pekinensis Peking , dan Homo sapiens Pegunungan Seribu.
NextManusia yang menggunakan kapak ini yakni.
Kehidupan manusia semi-sedenter, banyak dari manusia purba yang tinggal di gua-gua di tebing pantai, yang dinamakan dengan abrissousroche, dimana banyak ditemukan tumpukan sampah dapur yang di sebut dengan kjokkenmoddinger. Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark, kjokken berarti dapur dan modding yang artinya sampah.
NextSebagai Alat Berburu Pada zaman dahulu, manusia masih sering berburu hewan untuk menjadi menu santapan mereka.
Baca Juga: Perkembangan Kapak Genggam Temuan mengenai jenis kapak ini adalah salah satu yang tersulit, karena terus adanya perbaikan seiring berjalannya waktu. Kapak ini juga ditemukan di gua-gua di daerah Choukoutien bersamaan dengan ditemukannya manusia purba asal peking atau Sinanthropus Pekinensis.
Atau lebih tepatnya di Lhok Seumawe serta Binjai yang memang dikenal dengan sebutan Batu Sumatera atau Sumatralith.